Terik panas matahari semakin menyengat di wajah mungil seorang gadis berseragam putih bersih. Tersemat sebuah papan nama bertuliskan "Ajeng Kartika Yudha". Sesekali ia melihat ke sisi seberang jalan, melihat ke arah teman-temannya yang satu persatu mulai beringsut pulang karena jam kuliah telah usai.Hampir seluruh diantara mereka meninggalkan kampus setiap habis jam kuliah, bersama seorang lawan jenis yang anak sekarang katakan itu "pacar".
Ajeng mulai menghela nafas panjang, dan bergumam dalam hati, "awh, andai aku bisa seperti mereka. hampir setiap hari berdua, setiap susah senang selalu bersama."
berfikir sejenak dan terlintas pemikiran lain "Tapi, mereka pasti hampir tak pernah merasakan rindu kronis sepertiku, rindu yang sering mengusikku setiap malam. rindu mendengar suaranya. rindu melihat senyumannya. rindu belaian perhatiannya. rindu . . . rindu. . . dan rindu. . ."
Beberapa menit kemudian muncul Kayla, gadis berambut ikal dan berkulit sawo matang. Selalu tampak rapi dan selalu ingin berpakaian sempurna. Adalah teman setia Ajeng, yang selalu mendengarkan keluh kesah dan bahagianya dengan sabar. Ia juga menjalani hubungan jarak jauh. Karena pacarnya adalah seorang dokter muda yang sedang menyelesaikan tugas pengabdiannya di salah satu rumah sakit ternama di Yogyakarta. Sepertinya kayla, terburu-buru untuk segera kembali ke kampung halaman karena ini adalah akhir pekan. Dengan gayanya yang grusa-grusu, ia mencium pipi kanan dan kiri ajeng dan segera meninggalkan sahabatnya tanpa memberikan kesempatan mengucapkan sepatah katapun. Ajeng tersenyum geli, melihat tingkah sahabatnya itu sambil melambaikan tangan tanda perpisahan.
Kayla mulai menghilang dari penglihatan. Ajeng mengambil posisi duduk didepan perpustakaan kampus, menunggu sahabat ketiganya. Sasa. berbeda dengan kedua sahabatnya Ajeng dan Kayla yang hidup berjauhan terpisah jarak, Sasa hanya terpisah sekat ruang kelas dengan Deni pacarnya yang satu fakultas. Meski sangat jarang mereka tampak berduaan dikampus, tetap saja hal ini kadang membuat iri Ajeng dan kayla. Sasa mencolek pipi Ajeng yang tengah duduk termenung memandangi walpapper tab putih yang dipegangnya, dengan berseru,
"Ciiyyyeee. . . yang lagi kangen sama abang tarunanyaa. . ." sambil mengedipkan mata.
"Apa siyh saaa. . . mau tau aja deeehhh. . .kamu siyh alam banget!!! Katanya pinjem buku aja. Taunya masih kencan sama deni ya" tatpnya sinis pada sasa dan deni.
"ahahahaha, maaf deh. . . maaf. . . jadi kita beli bukunya???" sasa menggelayut manja dipundak ajeng
"Iya, yuk keburu sore. . . Deni ikut???"
"Nggak deh jeng, aku masih harus siapin keperluan buat hiking minggu depan"jawab deni santai
"Yawdah, aku pinjem sasa sehari aja ya. . ." goda ajeng sambil tertawa kecil
Ketiga tersenyum dan berpisah diparkiran. Ajeng, memacu mobil sedan silvernya kearah kota. Sepanjang perjalanan keduanya terdiam. Hanya terdengar suara bising klakson kendaraan dan lagu bruno marz dari sound mobil yang ajeng modifikasi sedemikian rupa. Beberapa saat kemudian sasa memecah keheningan.
"ewh, jeng. . . kalo dipikir-pikir gitu akhir-akhir ini, kamu bawa ni mobil sendiri ya. . . " sasa melontarkan pertanyaan
"iyah sa, satu setengah tahun terakhir. Bawa mobil sendiri, nyelesein masalah sendiri, ngadepin ini itu juga sendiri. . . emank kenapa siyh?? aneh deh kamu"
"Yaaaa, nggak siyh. . . aku nggak tega deh liat kamu. Udah jarang komunikasi sama si abangmu itu. . . apa-apa sendiri. . . emank nggak kesepian ya?"
"Kesepian siyh nggak sa. . . cuma kadang ngerasa kangennya kebangetan. Apalagi tingkat ketiga ini dia mulai sibuk, jarang pesiar. . .! Tapi aku seneng kok ngejalaninnya, aku jadi lebih bisa mandiri. lebih belajar gimana caranya hidup itu yang benar-benar real adalah menjalani tantangannya tanpa merepotkan orang lain"
"Ya, tapi kan nggak gitu juga jeng. . . kamu beda banget deh. Semenjak hatimu digranat sama si calon perwira itu. Kamu jadi lebih dewasa banget deh. . . sumpah"
"aahahaha, emank iya.. . .? gitu ya. . .? amien deh sa. . . semoga aku benar jadi dewasa yang sebenar-benarnya. . . " ajeng tersenyum mendengar pujian sahabtanya itu.
Sejak satu setengah tahun yang lalu. Ajeng memang lebih suka melakukan banyak hal sendiri. Ada seorang yang hadir, saat itu. Yang ajeng suka menyebutnya "Abang". Ia adalah seorang taruna akademi militer, yang saat ini berpangkatkan Sersan Dua Taruna bernama "Hendra Handoyo". Mengajarkan ajeng, untuk selalu menjadi gadis kuat menjalani suka duka hidup jauh dari penjaga hatinya. Ajeng belajar untuk hidup lebih mandiri, hidup dengan tidak terlalu menggantungkan diri pada orang lain yang ia sayangi. Hidup untuk lebih bisa menghargai kebersamaan, karena dengan sendiri semuanya menjadi lebih sulit. Sebuah kalimat yang selalu ajeng ingat selalu yang pernah Hendra sampaikan padanya,
"Sayang, kamu harus tahu. Dibalik seragamku ada sebuah tanggung jawab besarku terhadap bangsa negara, keluargaku dan masa depan kita. Kamu harus kuat disini, Abang harap kamu bisa menghargai semua usaha abang dibalik tembok lemdik. Tak perlu kamu tampil cantik. Tak perlu kamu berusaha sempurna. Taruna hanya akan bahagia melihat pasangannya bisa hidup tegar, kuat dan bisa bersabar menunggu tanpa menghadirkan penghibur lain dihatimu"
Melihat ketegaran dan kekuatan yang Hendra tunjukkan itulah yang membuat Ajeng, ingin menjadi perempuan yang tangguh dengan kemandirian dan kesabaran berlimpah. Demi menjadi pendamping sang calon perwira yang gagah itu.
Labels
- Cemburu (1)
- Hidupku dalam cerita (3)
- Keraguanku (1)
- LDR-an (4)
- Military Moments (5)
- Rekanita Story (8)
- Sajak Rindu (4)
- Tentang Rekanita (2)
Jumat, 27 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar