Sebuah hari dimana sesuatu pertemuan dengan seorang abdi negara, patut untuk diabadikan dalam sebuah frame. Menjadi frame keindahan sebuah penantian cinta, yang berulang kali dipisahkan karena sebuah tugas dan tanggung jawab terhadap negara.
Dan inilah beberapa frame, yang membingkai moment-moment rekanita manca negara.
Ketika, sebuah tawa menjadi nada-nada indah.
Ketika, sebuah pelukan menjadi dunia terindah untuk didiami.
Bersama menapaki tingkat demi tingkat, rintangan kerasnya hubungan jarak jauh dengan komunikasi terbatas.
Hingga, di akhir penantian. Priamu menunjukkan keseriusannya menjadikanmu pendamping hidup dan wanita yang paling dia percaya untuk menjaga cinta dan hatinya, selama dia pergi untuk bertugas demi tanggung jawabnya untuk negara.
Sumber Gambar : Google
Labels
- Cemburu (1)
- Hidupku dalam cerita (3)
- Keraguanku (1)
- LDR-an (4)
- Military Moments (5)
- Rekanita Story (8)
- Sajak Rindu (4)
- Tentang Rekanita (2)
Selasa, 30 April 2013
Satnite bukan milik kita . . .
Penat sekali. kupacu suzuki hitamku kemanapun hati inginkan. Kuarahkan stir mobilku kearah pusat kota. Ya ramai sekali rasanya, dan baru kuingat ini malam minggu. Yang anak muda sebut, malamnya orang jatuh cinta.
Dalam hati "awh, buatku malam minggu atau malam apapun sama saja...!!! No date... no candle ligth dinner... no hug... no hold hand..."
Malam ini harusnya kuterima telfon darimu, tapi jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Belum ada tanda-tanda kehidupan, smspun belum nampak dilayar. Sabar, kataku dalam hati.
Menunggu sabtu dan minggu, sebuah kesempatan indah untuk sekedar berkirim kabar. Dengan sms, telfon, atau skype. Tidak lebih. Meski maksud hati ingin bertemu, hanya bisa menunggu juli dan akhir tahun. Libur tetap tahunan. Yupz, hanya 2 kali dalam setahun.
Lemas, aku keluar meninggalkan mobil kesayanganku terparkir tepat disebuah toko cokelat. Aroma vanila kuat mengundangku untuk segera masuk dan mencicipi semua barisan spongecake di etalase jernih yang berjajar rapi. Nampan kaca dan penjepit merah jambu mantap kupegang, siap menyerbu setiap mini cake yang ada dihadapanku. Belum sempat memilih satupun, suara serak dan basah menyapaku dari belakang.
"Hey. . . sendiri. . .???"
Menoleh segera, dengan alis kukerutkan. Menunjukkan bahwa aku susah mengingat, siapa yang ada dihadapanku.
"Mas dery. . . hey apa kabar?"
"Baik, kenapa sendiri? Ini kan malam minggu. Katanya sudah punya pacar?"
"Iya mas, masih sibuk mengejar cita-cita dia disana. Mas sendiri. . . kenapa nggak. . ."
"Nggak bersama perempuan? ya,karna masih belum menemukan perempuan sehebat dan secantik dia yang menolak lamaranku karena sudah dimiliki orang lain"
"awh, mas bisa saja. . . mas bisa mendapatkan yang lebih. Mau beli kue juga kah?"
"Iya, biasa lah. Oleh-oleh, kebetulan ada sisa gaji."
"Wah, sejahtera ya sekarang. Aku bayar dulu ya mas. Keburu ditunggu bunda dirumah"
"Owh iya, silahkan. sampai ketemu lagi ya"
"Iya mas, Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
Tak kulanjutkan percakapan yang terlihat hangat itu. Mas Henry adalah seorang perwira POLISI yang sempat ingin melamarku, pas sebulan setelah aku menerima cinta abangku. Aku bergegas, membayar semua pesananku dan segera meninggalkan toko beraroma vanila favoritku.
Dalam perjalanan, aku masih berharap. Nama abang muncul dilayar. Namun sudah 4 lampu merah kulewati. Belum ada tanda itu. . .
***
Vanila, cokelat, strawberry. . .
Semua berjajar didepan mata. Memanggil dan melambai seakan mengajak lambungku menari. Tapi sama sekali tak kurasakan manis di mulut. Bahkan rasa pahit, terasa jauh didalam dada. Mengapa bisa begitu...???
Tersadar, ini jam berapa...???
Detak-detak jarum jam menunjukkan, 21.15 WIB. Ternyata malam ini abang tak mendapat jatah pesiar. Ada apa denganmu disana? Abang sakit? Kena hukum? Atau...
Awh sudahlah, masih ada 1 harapan lagi. Hari minggu besok. Semoga tak sama kisahnya seperti malam ini.
Dalam hati "awh, buatku malam minggu atau malam apapun sama saja...!!! No date... no candle ligth dinner... no hug... no hold hand..."
Malam ini harusnya kuterima telfon darimu, tapi jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Belum ada tanda-tanda kehidupan, smspun belum nampak dilayar. Sabar, kataku dalam hati.
Menunggu sabtu dan minggu, sebuah kesempatan indah untuk sekedar berkirim kabar. Dengan sms, telfon, atau skype. Tidak lebih. Meski maksud hati ingin bertemu, hanya bisa menunggu juli dan akhir tahun. Libur tetap tahunan. Yupz, hanya 2 kali dalam setahun.
Lemas, aku keluar meninggalkan mobil kesayanganku terparkir tepat disebuah toko cokelat. Aroma vanila kuat mengundangku untuk segera masuk dan mencicipi semua barisan spongecake di etalase jernih yang berjajar rapi. Nampan kaca dan penjepit merah jambu mantap kupegang, siap menyerbu setiap mini cake yang ada dihadapanku. Belum sempat memilih satupun, suara serak dan basah menyapaku dari belakang.
"Hey. . . sendiri. . .???"
Menoleh segera, dengan alis kukerutkan. Menunjukkan bahwa aku susah mengingat, siapa yang ada dihadapanku.
"Mas dery. . . hey apa kabar?"
"Baik, kenapa sendiri? Ini kan malam minggu. Katanya sudah punya pacar?"
"Iya mas, masih sibuk mengejar cita-cita dia disana. Mas sendiri. . . kenapa nggak. . ."
"Nggak bersama perempuan? ya,karna masih belum menemukan perempuan sehebat dan secantik dia yang menolak lamaranku karena sudah dimiliki orang lain"
"awh, mas bisa saja. . . mas bisa mendapatkan yang lebih. Mau beli kue juga kah?"
"Iya, biasa lah. Oleh-oleh, kebetulan ada sisa gaji."
"Wah, sejahtera ya sekarang. Aku bayar dulu ya mas. Keburu ditunggu bunda dirumah"
"Owh iya, silahkan. sampai ketemu lagi ya"
"Iya mas, Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
Tak kulanjutkan percakapan yang terlihat hangat itu. Mas Henry adalah seorang perwira POLISI yang sempat ingin melamarku, pas sebulan setelah aku menerima cinta abangku. Aku bergegas, membayar semua pesananku dan segera meninggalkan toko beraroma vanila favoritku.
Dalam perjalanan, aku masih berharap. Nama abang muncul dilayar. Namun sudah 4 lampu merah kulewati. Belum ada tanda itu. . .
***
Vanila, cokelat, strawberry. . .
Semua berjajar didepan mata. Memanggil dan melambai seakan mengajak lambungku menari. Tapi sama sekali tak kurasakan manis di mulut. Bahkan rasa pahit, terasa jauh didalam dada. Mengapa bisa begitu...???
Tersadar, ini jam berapa...???
Detak-detak jarum jam menunjukkan, 21.15 WIB. Ternyata malam ini abang tak mendapat jatah pesiar. Ada apa denganmu disana? Abang sakit? Kena hukum? Atau...
Awh sudahlah, masih ada 1 harapan lagi. Hari minggu besok. Semoga tak sama kisahnya seperti malam ini.
Categories
Rekanita Story
Pena Hitamku
Seperti melewati sebuah jalan setapak tak berarah.
Pena kecilku terus menari, melukiskan sebuah perasaan.
Terus dan terus menari, hingga mata yang lelah meneteskan butiran-butiran jernih air perasaan.
Satu kata,
Satu baris,
Satu bait,
Menjadi sebuah sajak kerinduan.
Malamku selalu berhiaskan sajak-sajak rindu.
Sajak untuk seseorang yang aku tak tahu sedang apa dia saat itu.
Baris demi baris,
Bait demi bait,
Kubukukan rinduku menjadi sebuah kitab perjalanan kisah merindu.
Bersampulkan sabar yang berukir ketegaran.
Berhias cinta, dengan sulaman benang-benang berkilaukan kasih.
Setiap malam, dan malam-malam berikutnya.
Akan kuhadirkan ayat-ayat baru dalam kitabku.
Dan itu untukmu, yang senantiasa aku tunggu.
Dengan segenap kepingan hatiku.
Pena kecilku terus menari, melukiskan sebuah perasaan.
Terus dan terus menari, hingga mata yang lelah meneteskan butiran-butiran jernih air perasaan.
Satu kata,
Satu baris,
Satu bait,
Menjadi sebuah sajak kerinduan.
Malamku selalu berhiaskan sajak-sajak rindu.
Sajak untuk seseorang yang aku tak tahu sedang apa dia saat itu.
Baris demi baris,
Bait demi bait,
Kubukukan rinduku menjadi sebuah kitab perjalanan kisah merindu.
Bersampulkan sabar yang berukir ketegaran.
Berhias cinta, dengan sulaman benang-benang berkilaukan kasih.
Setiap malam, dan malam-malam berikutnya.
Akan kuhadirkan ayat-ayat baru dalam kitabku.
Dan itu untukmu, yang senantiasa aku tunggu.
Dengan segenap kepingan hatiku.
Categories
Sajak Rindu
Keputusanku menjadi "Rekanita"
Setahun yang lalu, tepatnya. aku memilih untuk menjadi seorang pendamping Taruna Akademi Militer. Ya, seorang pria biasa yang disempurnakan dengan seragam cokelat muda berbaret cokelat tua. Entah kenapa saat itu sangat berat untuk mengatakan bahwa,
"sebenarnya aku tak berani dan belum siap mendampingimu, dibalik kerasnya cinta jarak jauh. Belum lagi aku harus dipisahkan oleh tebalnya tembok lemdik yang membatasi semua komunikasi dan gerakmu"
Mungkin ini yang Tuhan ciptakan dengan nama "Cinta". Sama sekali tak mengenal logika dan pilihan lain. Ketika hati berkata "Ya aku cinta dia", tak kuasa hati untuk menolak apa yang diberikan dan diminta olehnya.
Entah apa yang membuatku luluh melihatnya, banyak orang katakan
"karena seragam cokelatnya"
"karena gagah tegapnya dengan kadga yang super kinclong itu"
"karena dia calon perwira TNI"
"karena dia abdi negara dengan pesona pemimpin"
Tapi dengan tegas aku katakan :
"Aku mencintainya karena dia bukan sekedar taruna...!!! Dia pria yang begitu sayang pada ibu dan ayahnya. Dia pria yang takut pada Tuhannya. Dia pria yang bertanggung jawab akan cita-cita dan kewajibannya. Dia pria yang pertamakali membuatku jatuh cinta tanpa alasan yang jelas. Dan dia teman pria pertama yang menjadi imam shalatku"
Benci, ketika beberapa orang menganggapku aku cinta dia karena statusnya sebagai taruna. Sedih, ketika perempuan lain mengatakan bahwa aku adalah perempuan gila taruna. Menangis, ketika disaat semua orang mencelaku seperti itu dan aku tak berani mengadu apapun padanya. Karena aku harus tegar dengan apa semua pilihanku dan juga segenap resikonya.
Setahun sudah semua aku lewati, dan aku berhasil menjadi perempuan paling hebat bersandiwara.
Tak jarang aku harus menangis padahal hati sedang menari girang - saat bertemu abdi negaraku-.
Tak henti aq tertawa riang - ketika dia menanyakan bagaimana kabarku disini dan aku jawab aq sehat dan baik, padahal hati perih menahan rindu yang teramat sangat-.
Tersenyum manis dengan semangat -ketika aku mengantar kepergianmu kembali ke lemdik, padahal sebenarnya pilu harus kembali terpisah denganmu-.
Apa yang sebenarnya membuat aku kuat? apa yang sebenarnya membuat aku tegar? Apa yang sebenarnya membuat aku bertahan?
Dan aku temukan semua jawaban dari kisah kita. . .
"KAMU YANG SELALU MEMBUATKU SABAR, KUAT, TEGAR, DAN MAMPU BERTAHAN HINGGA SEJAUH INI. TERIMAKASIH CINTA DAN KASIHMU. AKU SELALU MENJAGA SEMUA CINTA DAN KEPERCAYAANMU. LANJUTKAN CITA-CITAMU DISANA. DOAKU MENYERTAIMU SELALU"
"sebenarnya aku tak berani dan belum siap mendampingimu, dibalik kerasnya cinta jarak jauh. Belum lagi aku harus dipisahkan oleh tebalnya tembok lemdik yang membatasi semua komunikasi dan gerakmu"
Mungkin ini yang Tuhan ciptakan dengan nama "Cinta". Sama sekali tak mengenal logika dan pilihan lain. Ketika hati berkata "Ya aku cinta dia", tak kuasa hati untuk menolak apa yang diberikan dan diminta olehnya.
Entah apa yang membuatku luluh melihatnya, banyak orang katakan
"karena seragam cokelatnya"
"karena gagah tegapnya dengan kadga yang super kinclong itu"
"karena dia calon perwira TNI"
"karena dia abdi negara dengan pesona pemimpin"
Tapi dengan tegas aku katakan :
"Aku mencintainya karena dia bukan sekedar taruna...!!! Dia pria yang begitu sayang pada ibu dan ayahnya. Dia pria yang takut pada Tuhannya. Dia pria yang bertanggung jawab akan cita-cita dan kewajibannya. Dia pria yang pertamakali membuatku jatuh cinta tanpa alasan yang jelas. Dan dia teman pria pertama yang menjadi imam shalatku"
Benci, ketika beberapa orang menganggapku aku cinta dia karena statusnya sebagai taruna. Sedih, ketika perempuan lain mengatakan bahwa aku adalah perempuan gila taruna. Menangis, ketika disaat semua orang mencelaku seperti itu dan aku tak berani mengadu apapun padanya. Karena aku harus tegar dengan apa semua pilihanku dan juga segenap resikonya.
Setahun sudah semua aku lewati, dan aku berhasil menjadi perempuan paling hebat bersandiwara.
Tak jarang aku harus menangis padahal hati sedang menari girang - saat bertemu abdi negaraku-.
Tak henti aq tertawa riang - ketika dia menanyakan bagaimana kabarku disini dan aku jawab aq sehat dan baik, padahal hati perih menahan rindu yang teramat sangat-.
Tersenyum manis dengan semangat -ketika aku mengantar kepergianmu kembali ke lemdik, padahal sebenarnya pilu harus kembali terpisah denganmu-.
Apa yang sebenarnya membuat aku kuat? apa yang sebenarnya membuat aku tegar? Apa yang sebenarnya membuat aku bertahan?
Dan aku temukan semua jawaban dari kisah kita. . .
"KAMU YANG SELALU MEMBUATKU SABAR, KUAT, TEGAR, DAN MAMPU BERTAHAN HINGGA SEJAUH INI. TERIMAKASIH CINTA DAN KASIHMU. AKU SELALU MENJAGA SEMUA CINTA DAN KEPERCAYAANMU. LANJUTKAN CITA-CITAMU DISANA. DOAKU MENYERTAIMU SELALU"
Categories
Rekanita Story
Langganan:
Postingan (Atom)